Selasa, Oktober 21

 

Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali


Nama lengkapnya,ialah Muhammad bin Muhammad bin Ahmad,Imam besar Abu Hamid Al-Ghazali Hujjatul-Islam. Dilahirkan di Thusia,suatu kota di Khurasan dalam Th 450 H (1058) Ayahnya bekerja membuat pakaian dari bulu(wol)dan menjualnya di pasar Thusia.
Sebelum meninggal ayah Al-Ghazali meninggalkan kata pada seorang ahli tasawwuf temannya, supaya mengasuh dan mendididk Al-Ghazali dan adiknya Ahmad. Setelah meninggal ayahnya, maka hiduplah Al-Ghazali di bawah asuhan ahli tassawwuf itu.
Harta pusaka yang di terimanya adalah sedikit sekali. Ayahnya seorang miskin yang jujur,hidup dari usaha sendiri bertenun kain bulu. Disamping itu,selalu mengunjungi rumah alim ulama, memetik ilmu pegetahuan,berbuat jasa dan memberi bantuan kepada mereka. Apabila mendengar uraian alim ulama itu maka ayah Al-Ghazali menangis tersedu-sedu seraya berdoa memohon kepada Allah Swt. Kiranya dia dianugrahi seorang putra yang pandai dan berilmu.
Pada masa kecilnya Al-Ghazali mempelajari ilmu Fiqih di negrinya sendiri pada syekh Ahmad Bin Muhammad Ar-Razikani.Kemudian pergi kenegri Jurjan dan belajar pada Imam Abi Nasar Al-Ismaili.Setelah mempelajari beberapa ilmu dinegri tersebut,berangkatlah Al-Ghazali Nisapur dan belajar pada Imam Al-Haramain Dianalah mulai kelihatan tanda-tanda ketajaman otaknya yang luar biasa dan dapat menguasai beberapa ilmu pengetahuan pokok pada masa itu seperti ilmu Mantik(logika),falsafah dan fiqih mazhab Syafi’i. Imam Al-Haramain amat berbesar hati dan selalu mengatakan:”Al-Ghazali itu lautan tak bertepi……………………….”
Setelah wafat Imam Al-Haramain,lalu Al-ghazali berangkat ke Al-Askar mengunjungi mentri Nizamul-Muluk dari pemerintahan dinasti Saljuk. Ia disambut dengan kehormatan sebagai seorang ulama besar. Kemudian dipertemukan dengan para alim ulama dan pemuka-pemuka ilmu pengetahuan. Semua mengakui akan ketinggian dan keahlian Al-Ghazali .Mentri Nizamul-Muluk melantik Al-Ghazali pada tahun 484 H. menjadi guru besar pada perguruan Tinggi Nizamiah yang didirikanya di kota Bagdad.Empat tahun lamanya Al-Ghazali mengajar di Perguruan Nizamiyah dengan cukup mendapat perhatian dari para pelajar., dari dekat dan jauh,sampai datang kepadanya suatu masa, dimana dia menjauhkan diri dari masyarakat ramai.
Maka pada tahun 488 H Al-Ghazali pergi keMekah menunaikan rukun Islam yang kelima,Setelah selesai mengerjakan Haji ,ia terus ke negriSyam(Siria),mengunjungi baitul-makdis.Kemudian ke Damaskus dan terus menetap beribadah di masjid Al-Umawi di kota tersebut pada suatu sudut yang terkenal sampai sekarang dengan nama “Al-Ghazaliah diambil dari nama yang mulia itu.Pada saat itulah dia mengarang kitab “IHYA” yang dialih bahasakan. Keadaan hidup dan kehidupannya pada saat itu adalah amat sederhana,dengan mengenakan kain kasar,menyedikitkan makan dan minum,mengunjungi masjid-masjid dan desa, melatih diri memperbanyak ibadah dan menempuh jalan membawanya kepada kerelaan Allah Subhanahu wataala.
Kemudian Dia kembali ke Bagdad,mengadakan majlis pengajaran dan menerangkan isi dan maksud dari kitabnya ----Ihya-------- .Tak lama setelah itu berangkat pula ke Nisapur dan mengajar sebentar pada Perguruan Nizamiyah Nisapur. Akhirnya ia kembali ke kampung asalnya Thusia. Maka didirikannya disampaing rumahnya sebuah madrasah untuk ulama-ulama Fiqih dan sebuah pondok untuk kaum Shufi (ahli Tasawuf).Dibagikannya waktu antara membaca Al-Qur’an,mengadakan pertemuan dengan kau Shufi,memberi pelajaran pada penuntut-penuntut ilmu yang ingin menyauk dari lautan ilmunya,mendirikan shalat dan lain-lain ibadah. Cara hidup yang demikian diteruskannya sampai akhir hayatnya. Dengan mendapat husnul-khatimah Al-Ghazali meninggal dunia pada hari senin tanggal 14 Jumadilakhir tahun 505 H(1111M) di Thusia.
Janazahnya di kebumikan di makam Ath-Thabiran berdekatan dengan makam Al-Firdausi,seorang ahli syai’ir yang termasyhur. Sebelum meninggal Al-Ghazali pernah mengucapkan kata-kat yang diucapkan pula kemudian oleh Francis Bacon seorang filosuf Inggris, yaitu: Keletakan arwahku di hadapan Allah dan tanamkanlah jasadku dilipatan bumi yang sunyi senyap. Namaku akan bangkit kembali menjadi sebutan dan buah bibir umat manusia di masa depan.”
Ia meninggalkan pusaka yang tak dapat dilupakan oleh umat muslimin khususnya dan dunia umumnya dengan karangan-karangan yang berjumlah hamper 100 buah banyaknya. Diantaranya kitab “IHYA” terdiri dari 4 jilid besar,, yang kiranya disampaikan Allah Swt. Dalam kalangan agama dinegri kita ini tak ada yang tak mengenal kitab Ihya. Ulumudin,suatu buku standar, terutama tentang akhlaq.Di Eropa mendapat perhatian besar sekali dan telah dialih bahasakan kedalam beberapa bahasa modern. Dalam dunia Kristen telah lahir pula kemudian Thomas a kempis(1379-1471) yang mendekati dengan pribadi Al-Ghazali dalam dunia Islam, berhubung dalam karanganya “ De Imitation Christi” yang sifatnya mendekati “IHYA”tetapi dipandang dari pendidikan Kristen.
Diantara karangannya yang banyak itu, ada dua buah yang kurang dikenal di negri kita,akan tetapi sangat terkenal di dunia barat. Malah menyebabkan pecah perang pena antara ahli-ahli falsafah. Yaitu kitab “Maqashidul-falasifah”(maksudnya ahli-ahli filsafah) dan kitab “Tahafutul-falasifah”(kekacauan-kekacauan ahli-ahli falsafah).
Kitab yang pertama berisi ringkasan dari bermacam-macam ilmu falsafah ,mantic, metafisika dan fisika. Kitab ini sudah diterjemahkan oleh Dominicus Gundisalvus kebahasa Latin di akhir abad ke XII M
Kitab yang kedua memberi kritik yang tajam atas sisitem falsafah yang telah diterangkannya satu persatu dalam kitab pertama tadi .Malah oleh Al-Ghazali sendiri menerangkan dalam yang kedua itu,bahwa maksudnya menulis kitab yang pertama tadi ialah mengumpulkan lebih dahulu bahan-bahan untuk para pembaca, yang nantinya akan dikritiknya satu persatu dalam kitab yang kedua.
Beberapa puluh tahun kemudian,maka lahirlah di Andalusia (Spayol) Ibnu Rusyd,digelarkan Filosuf Cordova(1126-1198).Dia membantah akan pendirian Al-Ghazali dalam hal falsafah itu. Dengan mengarang sebuah kitab yang dinamainya”Tahafutu-tahafutil falasifah(Kekacau balauan buku tahafutul-falasifahAl-Ghazali).
Dalam biku ini, Ibnu Rusyd telah menjelaskan kesalah-pahaman Al-Ghazali tentang mengartikan apa yang dinamakan falsafah dan betapa salah pahamnya tentang poko-pokok pelajaran falsafah.
Demikianlah telah beredar dua buah buku dalam dunia Islam,yang satu menyerang dan menghancurkan falsafah dan yang satu lagi mempertahankan falsafah itu. Keduanya bertempur secara aktif dalam dunia pikiran Umat Islam dan menantikan waktunya masing-masing,siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah.
Disamping kemasyhuran dan keagungan yang dipunyai Al-Ghazali, dilontarkannay kitabnya Thafutul-falasifah ketengah-tengah umat manusia dengan gaya bahasa yang hidup bergelora. Sehingga karangan Ibnu Rusyd menjadi lumpuh menghadapi guntur bahasanya Al-Ghazali.Maka pada akhirnya dalam peperangan alam pikiran ini, Al-Ghazali tampil ketengah gelanggang sebagai pemenang.
Sebagai Filousuf Al-Ghazali mengikuti aliran falsafah yang boleh dinamakan “mazhab hissiyat” yakni yang kira-kira sama artinya dengan “mazhab perasaan” sebagaimana filousuf Inggris David Hume(1711-1776) yang mengemukakan bahwa perasaan adalah sebaui alat yang terpenting dalam falsafah, diwaktu dia menentang aliran rasionalisme, yakni satu aliran falsafah yang timbul diabad ke XVII, yang semata-mata berdasarkan kepada pemeriksaan panca indra dan akal manusia.
Al-Ghazali telah menemukakan pendapat yang demikian ,selama 700 tahun terlebih dahulu dari David Hume. Ia mengakui bahwa perasaan (Hissiyat) itu boleh keliru juga akan tetapi akal manusia juga tidak terpelihara dari kekeliruan dan kesesatan.dan tidak akan dapat mencapai kebenaran sesempurna-sempurnanya dengan sendirinya saja. Dan tidak mungkin dapat dibiarkan bergerak dengan semau-maunya saja.Lalu akhirnya Al-Ghazali kembali kepada apa yang dinamakannya “dlaruriat”atau aksioma sebagai hakim dari akal dan perasaan dan kepada hidayah yang datang dari Allah Swt.
Al-ghazali tak kurang mengupas falsafah Socrates,Aristoteles dan memperbincangkan berbagai masalah yang sulit-sulit dengan cara yang halus dan tajam. Tak kurang ia membentangkan ilmu mantic dan menyusun ilmu kalam yang tahan uji dibandingkan dengan karangan-karangan filousof yang lain. Semua ini menunjukan ketajaman otaknya. Disamping itu tidak enggan ia berkata dengan kerendahan hati serta khusus akan kata-kata “Wallahu a’alam” Artinya “Allah yang maha tahu”
Dalam Zaman Al-Ghazali masih berkobar pertentangan antara ahli tasawwuf dan ahli fiqih. Maka salah satu dari usaha Al-Ghazali ialah merapatkan kedua golongan yang bertentangan itu.
Baik semasa hidupnya atau sesudah wafatnya,Al-Ghazali mendapat teman yang sepaham, disamping lawan yang menentang aqkan pendiriannya.Yang tidak sepaham,diantaranya adalah Ibnu Rusyd,Ibnu Taimiyah,Ibnu Qoyyim dan lain-lain dari ahli Fiqih. Didunia barat Al-Ghazali mendapat perhatian besar, mendapat penghargaan dari para filousup. Diantaranya dari Renan,Cassanova,Carra de Vaux dan lain-lain.
Seorang ahli ketimuran Inggris bernama Ds Zwemmer pernah memasukan Al-Ghazali menjadi salah seorang dari empat orang pilihan pihak Islam dari zaman Rasullah Saw sampai kepada zaman kita sekarang,yaitu:
1.Nabi besar Muhammad Saw sendiri.
2.Imam Al-Bukhori, ulama hadist yang terbesar
3.Imam Al-Ay’ari, ulama Tauhid yang termashur.
4.Imam Al-Ghazali ,pengarang Ihya yang terkenal.
Demikian sekelumit dari sejarah hidup Ulama besar ini, dengan kita menyebutkan beberapa bidang lagi, diman Al-Ghazali mempunyai saham yang tidak kecil, seperti bidang pendidikan, da’wah,fiqih dan lain-lain.
Semoga pusaka ilmiyahnyaq yang ditinggalkan Al-ghazali,dapatlah kiranya
Diambil faedahnya oleh umat manusia umumnya dan umat Islam Khusunya

Aamin!!!!!!

Komentar: Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]





<< Beranda

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Berlangganan Postingan [Atom]