Minggu, Februari 14

 

PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Peringatan maulid(hari lahir,kelahiran) Nabi Muhammad Saw dimulai pada awal abad 4H, dimana tiga abad sebelumnya belum diadakan peringatan,dan sejak dimulai(dibuka) maka ramailah umat Islam di penjuru dunia mengadakannya (di bulan Rabiul Awal).


Orang pertama (perintis dan pelopor) peringatan ini adalah raja Mudhaffa Abu Sa’id al-Kaukabari,penguasa negri Arbil,dimana beliau mengadakannya secara besar-besaran,Seorang menghitung konsumsi: 5000 ekornkambing,10.000 ekor ayam,100.000 piring snack,disamping sekian ekor unta dan sekian ekor sapi, dengan persediaan dana 300.000 dinar.

Disana hadir para ulama, para tokoh umat Islam,para shufi dan para penyair,dengan muatan acara pembacaan Madah dan paparan sejarah kehidupan Nabi, sejak Dzuhur sampai Ubuh. Persiapan peringatan ini sejak awal bulan Muharam,termasuk menghias istana dan alun-alun dan dua hari min H diadakan pawai hewan ternak yang akan dipotong untuk peringatan.Mereka mengekspresikan kegembiraan dan kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad Saw penyelamat umat.

Peringatan maulid Nabi Saw adalah berbuat bacaan Al-quran,solawat Nabi, Pujian(madah) kepada Nabi,shadakah dll. Termasuk (yang pokok) ekspresi kebahagiaan dan kegembiraan atas kelahiran dan kemunculan Nabi pembawa rahmat(yang merupakan kenimatan yang paling agung). Karena beliau sebagai pusat sebab keimanan dall. Dan karena amaliah terpuji ini belum ada di zaman nabi,maka(peringatan Maulid Nabi) adalah sebagai bid’ah hasanah.

Demikian karena di sana bentuk-bentuk ihsan kepada kaum fakir-miskin, baca Al-Qur’an (dan lainnya termasuk madah), shalawat nabi,ekspresi kebahagiaan dan kegembiraan atas kelahiran Nabi dan sikap meng-Agungkan beliau.

Walhasil,bid’ah hasanah dalam kesepakatan sebagai berhukum sunah,yaitu prilaku yang selaras dengan dasar syariat (Al-Qur’an,Hadits,Al-Ijma’ atau al-Atsar) dan disana tidak terdapat pelanggaran syariat. Sementara bid’ah hasanah ada yang fardhu kifayah seperti menyusun buku keilmuan.

Abu Syamah, guru penulis ra ta’ala berkata: Termasuk bid’ah yang bagus sekali di zaman kita ini adalah prilaku(memperingati mauled Nabi) pada setiap tahun di hari/tanggal kelahiran.Nabi Saw,yaitu bermuatan sedekah,perilaku baik,menampakan keindahan(berhias) dan kegembiraan serta sikap berbaik kepada kaum fakir,demikian ini merupakan bentuk mahabah kepada Nabi Saw,pula bentuk pengagungan dan penghormatan kepada beliau disamping mensyukuri ni’mat diwujudkannya utusan Allah(Rasullah) sebagai rahmat bagi masyarakat dunia. Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam hal ini Ibnu Hajar al-Asqalani enyitir hadist (oleh Bukhori Muslim) tentang puasa Asyura, “Hari ini adalah hari (memperingati) tenggelamnya Fira’un dan keselamatan Nabi Musa as oleh Allah, maka kami berpuasa(dihari Asyura)sebagai bentuk bersyukur kepada Allah Ta’ala” jawab Orang-orang Yahudi Madinah ketika ditanya Nabi tentang puasa mereka, maka beliaupun bersabda:”Aku lebih berhak kepada Musa daripada kalian(Bani Israil)”.Lalu beliau berpusa Asyura dan memerintahkan.

Dari Hadits ini, kata Ibnu Hajar dapat dikonklusi: Keutamaan bersukur kepada Allah(atas suatu kenikmatan atau terbebas dari suatu petaka)adalah dengan macam-macam bentuk ibadah pada hari tertentu pada setiap tahun,sementara tiada kenimatan lebih agung daripada kenimatan berupa lahirnya Nabi Saw.

Lain lagi Al-Suyuthi, yang merujuk pada hadits (HR.Baihaqi dari Anas bin Malik ra) bahwa nabi beraqiqah untuk diri sendiri sesudah nubuah,dimana Abdul Mutholib kakek beliau sudah mengaqiqahkan beliau pada usia beliau 7hari, sementara aqiqahnya tidaklah disyariatkan berulang.

Maka bermafhum bahwa perilaku (aqiqah)nabi tersebut sebagai ekspresi bersyukur atas kehadiran beliau sebagai rahmatanlilalamin sekaligus sebagai bentuk tasyri’(pembagunan syariat).,sebagaimana beliau membacakan shalawat kepada diri sendiri.


Demikian disunatkan bentuk ekspresi bersyukur kepada Allah atas mauled Nabi dengan suatu bentuk ijtima’,resepsi,bersikap gembira-bahagia dan bentuk qurban lainnya. Muhammad bin Mas’ud al-Kazaruni,seorang ahli hadits dalam kitabnya Al-Muntaqa fie Maulid al Nabiy AlMushthafa) meriwayatkan: Abdul Muthalib sewaktu diperataran Ka’bah beberapa saat dari kelahiran Nabi melihat beliau(Semasih kanak-kanak) berjalan tertatih-tatih didekat maqam Ibrahim, disana Abdul Muthalib mendengar suara takbir dari dalam maqam Ibrahim yang, disusul dengan kalimat:
Artinya:

“…Dan ini Adalah Muhammad seorang nabi lagi seorang manusia suci………..Persaksikan,hai malaika-malaikatKU,Sungguh karena dia (Muhammad)maka adalah Aku membuka gudang-gudangKU.Maka hari kelahirannya jadikanlah sebagai hari besar hingga kiamat.

Al-Abbas pamanNabi (keluarga Abu Lahab,menurut riwayat lain) dalam suatu mimpi bertemu Abu lahab yang meninggal satu tahun silam,
“Bagaimana keadaannu ?” tanyanya
“Aku dineraka .Namun setiap malam(dan hari) Senin azabku diperingan dan aku menyedot air segar dari celah dua jariku ini. DEmikian ini disebabkan aku memerdekakan Tsuwaibah(al-Aslamiyah) ketika dia menyampaikan kabar gembira kelahiran Nabi,dan dia berkehendak menyusui” jawab Abu Lahab.
Ibnu al-Jauzi berkata: “Bila Abu Lahab si kafir yang notabene dikecam oleh Al-qur’an sebagai kecaman yang telak sedemikian mendapat balasan karena berbahagia dihari kelahiran Nabi Saw,maka bagaimana bila kebahagiaan ino oleh orang muslim bertauhid yang bergembira atas mauled Nabi bahkan mengorbankan kemampuan dalam bermahabah kepada Nabi Saw? Aku yakin balasan baginya,dari Allah yang maha pemurah adalah Dia memasukan kedalam surga,dengan anugrah dan rahmatNYa.

Dalam hal ini al-Syams Muhammad bin Nashir al-Dien al Dimasyqi mengubah syair:

Bila demikian terhadap sikafir yang dikecam dengan tegas, pula dua tangannya celaka dan dineraka selama-lamanya dinyatakan setiap hari senin selama-lamanya diperingan azabnya karena bergembira atas (kelahiran)Ahmad,maka bagaimana pandangan (mu) bila itu oleh hamba/orang yang selama kehidupannya bergembira atas (kemunculan)ahmad dan ia meninggal dalam keadaan bertauhid?

Rasullah Saw bersabda:

Barang siapa mencintai aku maka ia pasti bersama-Ku di surga

Barang siapa mengagungkan mauled(hari lahir)Ku, aku pasti mensyafa’atinya dihari kiamat. Dan barang siapa infak satu dirham untuk maulidku maka ia bagai infak segunung emas di jalan Allah ta’ala.


Al-Ustadz al-Imam al-Hafidl al-Musnid al-Habib Dr. Abdullah bin Abd-al-Qodir Balfaqih mengatakan(dalam catatan yang ditandatangani dan tertanggal 7-3-1979): Sabda Nabi Saw “ Barang siapa mengagungkan hari lahir(mauled)ku…”adalah diriwayatkan oleh Ibnu Asakir didalam al-taariikh 1/60 dinyatakan oleh al-Dzahabi isnadnya Shahih

Abu Bakar Al-Shiddiq ra bersabda:

Barang siapa infak satu dirham untuk Maulid Nabi Saw niscaya ia temanku di surga

Umar bin Khathab ra Bersabda:

Barang siapa mengagungkan mauled Nabi Saw maka ia sungguh menghidupkan agama Islam

Usman binAffan ra bersabda:

Barang siapa infak satu dirham untuk bacaan mauled Nabi Saw maka ia bagai peseta perang Badar dan Hunain

Ali bin Abu thalib karramallaahu wajhah wa ra :

Barang siapa mengagungkan mauled Nabi Saw maka ia tidak keluar dari alam dunia melinkan dengan membawa iman.


Imam al-Syafi’I ra berkata:

Barang siapa mengumpulkan sejumlah orang untuk (memperingati)mauled Nabi Saw pula menyediakan makanan dan berbuat baik(kepada mereka), niscaya ia dibangkitkan oleh Allah (dari alam kubur)dihari kiamat bersama para shidiq,shuhada dan orang-orang shalih serta ia disurga na’im


Imam al-Siqthi berkata:

Barang siapa menuju tempat yang disana dibacakan mauled Nabi saw maka sungguh ia akan diberi taman disurga.,karena ia tidak ketempat itu melainkan karena memncintai beliau Saw, dimana beliau Saw bersabda: “Barang siapa mencintai aku pastilah ia bersamaku di surga.”


Telah meriwayatkan kepada kami Anas bin Malik Ra: Ketika saya dan Nabi keluar dari masjid,kemudian seseorang menemui kami digerbang masjid dan berkata: Ya Rosullah kapan terjadinya Kiamat?
Nabi menjawab: Apa yang sudah kamu persiapkan untuk kiamat,laki-laki itu terdiam,kemudian berkata: Wahai Rasullah aku tidak punya persiapan,Puasa,Shalat dan Sodaqoh, tetapi aku mencintai Allah dan Rosull Allah,maka Beliau bersabda:”Kamu (disurga) bersama orang yang kamu cintai”.

TIADA HARI TANPA SHOLAWAT

“SESUNGGUHNYA ALLAH DAN MALAIKAT-MALAIKATNYA BERSHOLAWAT UNTUK NABI. HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN,BERSHOLAWATLAH KAMU UNTUK NABI DAN UCAPKANLAH SALAM PENGHORMATAN KEPADANYA”(QS.33 AL-AHZAB:56)

Komentar: Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]





<< Beranda

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Berlangganan Postingan [Atom]